Selasa, 05 Oktober 2010

LP ABORTUS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Dalam negara berkembang pada kehamilan tidak selalu berjalan dengan lancar dan baik, salah satunya terjadi abortus. Sehubungan dengan ini dan mengetahui sedini mungkin tanda-tanda terjadi abortus. Saat ini masih besar matluntt Slager dan Eistman “Abortus terjadi sekitar 10% dari keharnilan, dm abortus terjadi pada bulan ke 2-3 mencapai 80%.Di Indonesia, bedasarkan undang-undang melakukan abortus buatan dianggap suatu kejahatan, merupakan tindak pidana yang terlasana. Akan tetapi abortus buatan sebagai tindakan pengobatan apabila itu salah satunya kalau untuk menolong jiwa dan kesehatan ibu serta sungguh sungguh dapat dipmggungjawabkan, dapat dibenarkan dan biasanya tidak di tuntut.
Indikasi medis akan berubah-ubah menurut perkembangan ilmu kedokteran untuk melaku kan abortus, ada pula indikasi yang bersifat sosial, medis, hermenier, dan igenetis bukan semata-mata untuk menolong ibu, tetapi juga dengan pertirnbangan keseiamatan anak, jasmani, dan rohani.
Menurut beberapa penelitian, abortus abortus buatan paling banyak dilakukan orang golongan wanita yang bersuami, disebabkan karena banyak anak. tekanan ekonomi, dan sebagainya.
Keputusan untuk melakukan abortus buatan harus diambil oleh sekurang-kurangnya dua orang dokter dengan persetujuan tertulis dan wanita hamil atau suaminya atau keluarganya yang dekat dan dilakukan di suatu rumah sakit yang mempunyai cukup fasilitas untuk menger jakannya.



1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa akademi kebidanan mempunyai wawasan yang lebih dalam dan pengalaman yang nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan gangguan
reproduksi

1.2.2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa akaderni kabidanan dapat:
1. Melaksanakan pengkajian pada klien dengan abortus
2. Menentukan identifikasi masalah klien Melaksanakan pengkajian pada klien dengan
abortus
3. Menentukan antisipmi masalah pada klien dengan abortus
4. Menentukan identifikasi kebutuhan segera pada klien dengan abortus
5. Menentukan rencaxa asuhan kebidanan disertai resionalisasi dan mengintewensi
pada klien dengan abortus
6. Melaksadcan intervensi yang telah dilanukan pada klien dengan abortus

7. Mengevaluasi klien hasil tidakan yang telah dilakukan pada klien dengan abortus




BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
EASTMAN : Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 – 1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu (Sinopsis Obsetri, Fisiologis, Pathologis : 209).
JEFFCOAT : Abortus adalah pengeiuaran dihasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 rninggu, yaitu fetus belurn viable by low (Sinopsis Obsetris Fisiologi Pathologi : 209)
HOLNER : Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16 di mana proses plarentasi belum selesai (Sinopsis Obsetris Fisiologi, Pathologi : 209)

Abortus pun dibagi bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
1. Abortus Komplit Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
2. Abortus Incomplit sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang tertinggal.
3. Abortus Insifien Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim.
4. Abortus Iminens Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim.
5. Missed Abortion Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan.
6. Abortus Habitualis Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih.

Tanda dan gejala abortus
Tanda dan gejala abortus antara lain nyeri abdomen bawah, nyeri lepas, uterus terasa lemas, perdarahan berlanjut, lemah, lesu, demam, sekret vagina berbau, sekret & pus dari serviks, dan nyeri goyang serviks. Komplikasinya adalah infeksi / sepsis. Penanganannya adalah mulai memberikan antibiotik sesegera mungkin sebelum melakukan aspirasi vakum manual. Antibiotiknya berupa ampisilin 2 gr IV tiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kgbb IV tiap 24 jam ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam sampai ibu bebas demam 48 jam.
Tanda dan gejala lainnya adalah nyeri / kaku pada abdomen, nyeri lepas, distensi abdomen, abdomen terasa tegang & keras, nyeri bahu, mual-muntah, dan demam. Komplikasinya adalah perlukaan uterus, vagina atau usus. Penanganannya yaitu lakukan laparotomi untuk memperbaiki perlukaan dan lakukan aspirasi vakum manual secara berurutan. Mintalah bantuan lebih lanjut jika dibutuhkan

Setelah tahu tentang apa itu abortus, mulailah sekarang kita membahas, apa yang menyebabkan terjadinya abortus. Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa sebab diantaranya :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.
2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang menahun.
3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.
4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim.

Penanganan
Jika dicurigai suatu abortus tidak aman terjadi, periksalah adanya tanda-tanda infeksi atau adanya perlukaan uterus, vagina dan usus, lakukan irigasi vagina untuk mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, obat-obat lokal atau bahan lainnya.
Penanganan abortus imminens :
1. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total.
2. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
3. Jika perdarahan :
 Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi.
 Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan berlanjut, khususnya jika ditemukan uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.
 Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (misalnya salbutamol atau indometasin) karena obat-obat ini tidak dapat mencegah abortus.
Penanganan abortus insipiens :
1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
– Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila
perlu).
– Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.



2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
– Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
– Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per
menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
Penanganan abortus inkomplit :
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per
oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
– Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual
tidak tersedia.
– Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg
per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3. Jika kehamilan lebih 16 minggu :
– Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi.
– Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
– Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
Penanganan abortus komplit :
1. Tidak perlu evaluasi lagi.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
5. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.

Pemantauan Pasca Abortus
Insidens abortus spontan kurang lebih 15% (1 dari 7 kehamilan) dari seluruh kehamilan.



Syarat-syarat memulai metode kontrasepsi dalam waktu 7 hari pada kehamilan yang tidak diinginkan :
1. Tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
2. Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode
kontrasepsi yang paling sesuai.

Komplikasi Abortus / keguguran
Akibat Dilakukannya Tindakan Abortus Provokatus / Kriminalis Komplikasi Medis yang Dapat Timbul Pada Ibu:
1. Perforasi Dalam .
Melakukan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks jangan digunakan
tekanan berlebihan. Pada kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan segera.

2. Luka pada serviks uteri.
Apabila jaringan serviks kerasdan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.
3. Pelekatan pada kavum uteri.
Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
4. Perdarahan.
Kerokan pada kehamilan agak tua atau pada mola hidatidosa ada bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya diselenggarakan transfusi darah dan sesudah kerokan selesai dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
5. Infeksi.
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
6. Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulakan pada pemberian prostaglandin antara lain panas, enek, muntah dan diare.


Komplikasi yang Dapat Timbul Pada Janin:
Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami cacat fisik.
Secara garis besar tindakan abortus sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu bisa menyebabkan kematian pada keduanya

2.3. Tindakan Operatif Penanganan Abortus
2.3.1. PengeIuaran Secara digital
Hal ini sering kita laksanakan pada keguguran yang sedang berlangsung dan keguguran yang kadang-kadang berlangsung
dan keguguran bersisa. Pembersihan secara digital hanya dapat dilakukan bila telah ada pembentukan wrviks uteri yang
dapat dilalui oleh satu janin longgar dan dm k a m uteri cukup luas, karena manipulasi ini akan menimbul kan rasa nyeri.
2.3.2. Kuretose (kerokan)
Adalah cara menimbulkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan kuratase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus.
2.3.3 Vacum kuretase
Adalah cara mengeluarkan hasil konsepsi dengan alat vakum

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Keguguran/abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan
Abortus dapat diklasifikasikan menjadi abortus spontan, provokatus
Abortus spontan dibagi menjadi abortus komplitus, inkomplitus, insipiens, iminens, messed abortion dan abortus habitualis serta abortus infeksious.
Komplikasi yang terjadi yaitu perdarahan, perforasi, infeksi, payah ginjal, akut dan shock.
Abortus incomplitus (keguguran bersisa), hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
Penanganannya dengan kuretase dan terapinya dengan obat-obatan uterotorika dan anti biotik.

Saran
a. Untuk Petugas kesehatan
Meningkatkan peran tenaga kesehatan dalam fungsinya sebagai pelaksana kesehatan, serta tertib meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Seseorang tenaga kesehatan harus meningkatkan kerjasama yang baik dengan petugas kesehatan yang lain serta dengan klien dan keluarga
b. Bagi klien
Untuk keberhasilan dalam asuhan kebidanan diperlukan kerjasama yang baik dari klien dalam usaha memecahkan masalah klien
c. Bagi pendidikan
Lebih meningkatkan kualitas pendidikan sehingga mahasiswa dapat bekerja dilahan praktek dengan baik
LANDASAN
ASUHAN KEBIDANAN

I. Pengumpulan Data
A. Data Subjektif
1. Biodata Pasien dan Suami
Untuk mengetahui identitas pasien secara lengkap antara lain nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat rumah serta no telp atau hp
2. Alasan Datang dan Keluhan Utama
Untuk mengetahui alasan pasien datang ke pelayanan kesehatan serta keluhan yang klien rasakan. Ibu dengan Abortusbiasanya datang dengan keluhan nyeri abdomen bawah, nyeri lepas, uterus terasa lemas, perdarahan berlanjut, lemah, lesu, demam, sekret vagina berbau, sekret & pus dari serviks
3. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui riwayat menstruasi pasien antara lain umur menarche, siklus haid, lama haid, jumlah haid, keluhan selama haid dan hari pertama haid terakhir.
4. Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui riwayat perkawinan pasien meliputi status pernikahan serta lama pernikahan.
5. Riwayat Obtetri Terdahulu
Untuk mengetahui riwayat obstetri pasien meliputi jumlah anak, riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.
6. Riwayat KB
Untuk mengetahui riwayat alat kontrasepsi pasien serta keluhan yang dirasakan saat menggunakan alat kontrasepsi tersebut.
7. Riwayat Gynekologi
Untuk mengetahui riwayat gynekologi atau penyakit/keluhan yang berhubungan dengan alat reproduksi pasien termasuk payudara di dalamnya.

8. Riwayat Penyakit Pasien
Untuk mengetahui apakah pasien pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, hepatitis, DM, Asthma, TBC kanker serta riwayat penyakit yang berhubungan dengan organ reproduksi seperti tumor payudara, tumor ovarium, mioma, PMS, dsb .
9. Riwayat Penyakit Keluarga
Untuk mengetahui apakah keluarga pasien maupun keluarga suami ada yang menderita penyakit jantung, hipertensi, TBC, Asthma, DM, hepatitis dan kanker serta riwayat penyakit yang berhubungan dengan organ reproduksi seperti tumor payudara, tumor ovarium, mioma, PMS, dsb .
10. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Untuk mengetahui riwayat biologis meliputi bernafas, pola nutrisi terkait dengan jenis makanan yang dikonsumsi, ada tidaknya makanan yang dapat memicu terjadinya hipertensi, pola aktfitas yang terkait dengan ada tidaknya keluhan hipertensi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, pola eliminasi dan hubungan seksual, psikologis, sosial serta spiritual pasien.
11. Pengetahuan Pasien
Untuk mengetahui pengetahuan pasien tentang keluhan yang dialami.

B. Data Objektif
1. KU, Emosi dan Kesadaran
Untuk mengetahui keadaan umum pasien, emosi serta kesadaran pasien.
2. Tanda-tanda Vital
Untuk mengetahui tekanan darah pasien, pernafasan, nadi serta suhu pasien.
3. Antropometri
Untuk mengetahui BB dan TB pasien.
4. Pemeriksaan Sistematis dan Gynekology
a.Kepala : untuk mengetahui keadaan kepala pasien
b.Muka : untuk mengetahui apakah muka pasien pucat atau tidak serta apakah ada odema atau tidak.
c.Mata : untuk mengetahui bagaimana warna konjungtiva serta sklera mata pasien
d.Mulut : untuk mengetahui keadaan mulut pasien serta bagaimana mokusa mulut pasien serta
e.Leher : untuk mengetahui apakah terdapat pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tyroid serta apakah ada pelebaran vena jugularis.
f.Payudara : untuk mengetahui kesimetrisan payudara, ada tidaknya benjolan abnormal sebagai deteksi dini terhadap adanya kanker payudara
g.Abdomen : untuk mengetahui apakah pada abdomen pasien terdapat masa atau benjolan, batas jelas (apabila tedapat masa atau benjolan), nyeri tekan
h.Anogenital : untuk mengetahui apakah terdapat tanda-tanda infeksi, pengeluaran serta masa atau tumor pada alat genetalia pasien.
i.Ekstrimitas : untuk mengetahui apakah pada ekstrimitas terdapat odema atau tidak serta keadaan kuku pasien
j.Pemeriksaan Penunjang : tidak dilakukan

II. Interpretasi Data Dasar
Interpretasi data dasar pada pasien untuk menentukan diagnosa aktual, masalah dan kebutuhan dari klien.

III. Merumuskan Diagnosa Masalah Aktual Dan Potensia
Diagnose dapat ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan data subjektif dan data objektif

IV. Antisipasi kebutuhan akan tindakan segera, kolaborasi dan rujukan.
Untuk menentukan tindakan yang tepat jika terjadi masalah yang tidak bisa diatasi baik secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.



V. Perencanaan Asuhan Kebidanan
Perencanaan asuhan kebidanan pada pasien untuk merencanakan asuhan apa yang tepat diberikan pada permasalahan yang dialami pasien sehingga tidak terjadi masalah yang serius yaitu terdiri dari :
1. Jelaskan kondisi ibu sesuai hasil pemeriksaan
2. Segera lakukan kuretage
3. Kolaborasi denagn dokter

VI. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada pasien untuk melaksanakan perencanaan asuhan kebidanan yang sudah direncanakan untuk mengatasi permasalahan dari klien.

VII. Evaluasi
• Sesuai dengan tujuan asuhan kebidanan
• Efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah
• Hasil asuhan.











DAFTAR PUSTAKA

• Prawiroharjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta :EGC
• Sastrawinata, Sulaiman. 1992. Obstetri Patologi, Universitas Padjajaran Bandung
• Kapita Selekta jilid I. Edisi ke 3. 2001 Media Aesculapius
• Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetri jilid I. Edisi ke 2. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar