Kamis, 17 Desember 2009

Laporan Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Persalinan normal adalah terjadinya kelahiran bayi aterem dengan proses pervaginam alami dan tanpa komplikasi. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.
Dari bulan Januari sampai bulan Juni tahun 2008 terdapat sejumlah kasus persalinan di BRSU Tabanan dengan uraian : partus normal 560 orang, SC sebanyak 196 orang. Dari 756 kasus persalinan tersebut dapat beresiko terhadap keselamatan ibu dan bayi dimana pada saat sebelum dan sesudah persalinan dapat terjadi perdarahan yang merupakan penyebab tertinggi kematian pada ibu bersalin di Indonesia, oleh karena itu salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi adalah penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dekat dengan masyarakat difokuskan pada 3 peran kunci making pregnancy safer, yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dibutuhkan tenaga kesehatan terampil yang didukung tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.
Berdasarkan masalah diatas kami mahasiswa Akademi Kebidanan Singaraja Semester IV, melalui praktek “RB” dan praktek klinik kebidanan I ingin mencari pengetahuan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin “KS” G2P1001 UK 40-41 minggu Puki Let-Kep U janin tunggal hidup intra uteri dengan inpartu kala I fase aktif, tanggal 11 Juli 2008 di ruang VK BRSU Tabanan.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan kebidanan pada persalinan fisiologis ?

1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan pada persalinan fisologis.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian data.
b. Dapat merumuskan diagnosa, masalah dan kebutuhan aktual.
c. Dapat merumuskan diagnosa dan masalah potensial.
d. Dapat mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera.
e. Dapat menyusun rencana asuhan komprehensif.


























BAB II
LANDASAN TEORI

I. Definisi Persalinan
1.1. Persalinan adalah :
Proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998 : 157).
1.2. Partus adalah :
Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Sarwono. P ; 2005 : 180).
1.3. Persalinan dan Kelahiran Normal adalah :
Proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (BAN Sarwono, P ; 2000 : 100).
1.4. Persalinan adalah :
Proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (APN ; 2007 : 37).

II. Jenis Persalinan
2.1. Persalinan Spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
2.2. Persalinan Buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
2.3. Persalinan Anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.

III. Tujuan Asuhan Persalinan
Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.
IV. Sebab-sebab Terjadinya Persalinan
1. Teori Penurunan Hormon
1-2 minggu sebelum partus terjadi penurunan kadar hormone estrogen dan progesteron, dimana progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his apabila kadar progesteron menurun.
2. Teori Plasenta Menjadi Tua
Yang menyebabkan turunnya kadar progesteron dan estrogen sehingga menyebabkan kontraksi uterus.
3. Teori Distensi Rahim
Rahim menjadi meregang dan besar, menyebabkan kontraksi otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenta.
4. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang servik terletak ganglion servikale yang apabila di geser atau ditekan akan menyebabkan kontraksi uterus.
5. Induksi Partus
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
a. Gagang Laminaria
Beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikale dengan tujuan merangsang flexus frankenhauser.
b. Amniotomi : pemecahan ketuban.
c. Oxytocin drips : pemberian oxytocin menurut tetesan perinfus.
6. Teori Oxytocin Internal
Oxytocin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior dengan menurunnya kadar progesteron akibat tuanya kehamilan maka oxytocin dapat meningkatkan aktivitasnya sehingga persalinan dapat dimulai.
7. Teori Prostaglandin
* Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua.
* Prostaglandin dapat memicu terjadinya persalinan.

V. Tanda-tanda Timbulnya Persalinan
1. His
His adalah kontraksi uterus yang dapat diraba dan menimbulkan pembukaan servik. Kontraksi rahim dimulai dari kedua face maker yang letaknya di dekat kornu uteri, bergerak ke tengah secara digital kemudian ke bawah ke dekat servik. Kontraksi menjadi sirkuler. Penyebab nyeri terjadi karena tekanan pada serat-serat saraf oleh otot-otot pada servik waktu dilatasi dan oleh serat-serat otot rahim waktu kontraksi. His yang menimbulkan pembukaan servik dalam kecepatan tertentu disebut his efektif.
a. Ciri-ciri His Efektif :
* Adanya fundal dominant kontraksi uterus pada fundus uteri.
* Kontraksi berlangsung secara sinkron dan harmonis.
* Adanya intensitas kontraksi yang maksimal.
* Adanya fase relaksasi yang maksimal antara his.
* Iramanya teratur dan frekuensinya kian sering.
* Lama His berkisar antara 40-60 detik.
b. Pengaruh His terhadap ibu dan janin
* Terhadap desakan, darah meningkat.
* Terhadap DJJ menurun, karena waktu otot rahim kontraksi aliran darah ke plasenta kembali normal dan DJJ kembali normal.
* Terhadap janin terjadinya penurunan kepada ke PAP.
* Terhadap korpus uteri, dindingnya menjadi tebal.
* Pada isthmus menjadi meregang dan menipis.
* Pada canalis servikalis, effisment dan pembukaan.
2. Show
Adalah keluarnya darah bercampur lendir dari vagina. Pengeluaran darah disebabkan karena robeknya pembuluh darah waktu pembukaan servik.
3. Dilatasi dan Effisment
* Dilatasi adalah terbukanya canalis servikalis secara berangsur-angsur akibat pengaruh his.
* Effisment adalah pendataran atau pemendekan canalis servikalis yang semula penjangnya 1-2 cm menjadi hilang sama sekali hingga hanya tinggal osteum yang tipis, setipis kertas.

VI. Faktor-faktor Yang Mendukung Persalinan
1. Passage (jalan lahir)
2. Passage (janin, air ketuban + selaput, plasenta)
3. Power (kekuatan mengejan)
4. Psikis wanita / ibu
5. Penolong
6. Posisi ibu
7. Pendamping

VII. Gerakan Utama Pada Mekanisme Persalinan
1. Enggogement
* Diameter biparietal melewati PAP.
* Nulipara terjadi pada 2 minggu sebelum persalinan.
* Multipara terjadi pada permulaan persalinan.
2. Dencent (turunnya kepala)
Turunnya presentasi pada inlet disebabkan karena 4 hal, yaitu :
* Tekanan cairan air ketuban.
* Tekanan langsung oleh fundus uteri.
* Kontraksi diafragma dan otot perut (kala III).
* Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus.
3. Fleksi
Majunya kepala karena kepala mendapat tekanan dari servik, dinding panggul atau dasar panggul, fleksi (dagu lebih mendekati dada).
4. Internal Rotation
Bagian terendah janin memutar ke depan, ke bawah simphisis merupakan usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dalam posisi jalan lahir. Hal tersebut terjadi bersamaan dengan majunya kepala, rotasi muka belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di dasar panggul.
5. Extention
Extention adalah defleksi kepala yang terjadi karena sumbu pintu bawah panggul mengarah ke depan dank e atas. Setelah sub occiput tertahan pada pinggir bawah simphisis sebagai hipomaklion, maka lahirlah occiput, muka dan dagu.
6. External Rotation
Setelah kepala lahir, kepala memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi akibat putar paksi dalam.
7. Expulsi
Bahu depan berada di bawah simphisis sebagai hipomoklion sehingga lahirlah bahu belakang, bahu depan dan badan seluruhnya.
VIII. Tahap Persalinan
Persalinan dibagi dalam 4 tahap, yaitu :
1. Kala I :
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm).
Kala I persalinan terdiri atas 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
a. Fase laten :
* Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
* Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
* Berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
b. Fase aktif
* Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase :
1. Periode akselerasi : berlangsungnya 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
2. Periode dilatasi maksimal : berlangsung 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
3. Periode deselerasi : pembukaan berlangsung lambat dalam waktu 2 jam, pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).
* Kontraksi dianggap adekuat jika terjadi 3 x atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih.
* Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
2. Kala II (Kala Pengeluaran)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Lama kala II : primi 2 jam dan multi 1 jam.
3. Kala III (Kala Uri)
Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban, lama kala III maksimal 30 menit.
4. Kala IV (Kala Pengawasan)
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu. Ditekankan pemantauan TTV, TFI, kontraksi pada menyusui dini dan bounding attactment.
IX. Perubahan Fisiologis
Sejumlah perubahan fisiologis terjadi pada ibu selama persalinan sangat penting untuk memahami perubahan-perubahan agar dapat membedakan tanda dan gejala persalinan normal dan abnormal. Perubahan fisiologis, meliputi :
1. Tekanan darah
Selama kontraksi tekanan darah meningkat, sistolik rata-rata 15 (10-20) mmHg, diastole 5-10 mmHg dan akan berhenti / kembali normal pada saat tidak ada kontraksi. Selain kontraksi, rasa sakit, takut dan cemas juga dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
2. Metabolisme
Metabolisme aerob dan anaerob akan meningkat berangsur karena kecemasan dan aktifitas otot skeletal yang ditandai dengan suhu tubuh meningkat, kardiak output, pernafasan meningkat dan cairan yang hilang.
3. Detak jantung
Karena detak jantung meningkat secara dramatis naik selama kontraksi karena pengaruh metabolisme, diantara kontraksi detak jantung meningkat.
4. Suhu tubuh
Karena metabolisme meningkat, suhu tubuh sedikit meningkat selama persalinan dan segera setelah persalinan tapi tidak boleh melebihi 0,5 0C.
5. Pernafasan
Karena terjadi peningkatan metabolisme maka pernafasan sedikit meningkat. Hal tersebut dianggap normal, bila berlangsung lama maka dianggap tidak normal dan dapat menyebabkan alkalosis.
6. Ginjal
Selama persalinan sering terjadi poliuri mungkin karena peningkatan kardiak output, peningkatan filtrasi glomerulus dan peningkatan aliran plasma ginjal. Bila terdapat protein urine yang sedikit dianggap normal.
7. Gastro Intestinal
Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat secara substansial berkurang, selain itu pengeluaran getah lambung yang menyebabkan aktivitas pencernaan hampir berhenti dan pengosongan lambung menjadi sangat lambat, mual dan muntah biasanya terjadi sampai akhir kala I.
8. Hematologi
Hb meningkat sampai 1 – 2 gr % selama persalinan dan akan kembali lagi setelah persalinan kecuali pada perdarahan tali pusat.

X. Program dan Kebijakan Teknis
1. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus dimasukkan sebagai bagian dari persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga dan orang-orang yang memberi dukungan kepada ibu.
2. Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi sebagai catatan atau rekam medik untuk persalinan.
3. Selama persalinan normal, intervensi dilaksanakan jika benar-benar dibutuhkan, prosedur ini hanya dilakukan bila ada infeksi atau penyakit.
4. Manajement aktif kala III termasuk penjepitan dan pemotongan tali pusat secara dini, memberikan suntikan oxytocin, melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT) dan segera lakukan massage fundus uteri dan harus dilakukan pada semua persalinan normal.
5. Penolong persalinan harus berada / tinggal bersama ibu dan bayinya + 24 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu sudah dalam keadaan stabil. His (fundus) diperiksa tiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua. Massage fundus uteri harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan tonus uteri tetap baik, perdarahan minimal dan pencegahan perdarahan.
6. Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering diperiksa dan dimassage sampai tonus baik, ibu dan keluarga dapat dianjurkan untuk melakukan hal ini.
7. Segera setelah lahir seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera diselimuti dan bayi dikeringkan serta dijaga kehangatannya untuk mencegah terjadinya hipotermia. Dan segera susukan bayi (ASI dini) dalam 1 jam setelah lahir / sesegera mungkin.
8. Obat-obatan Essensial



XI. Partograf
1. Partograf adalah alat Bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
2. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah :
* Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui periksa dalam.
* Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
* Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medika mentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan BBL.
3. Kondisi ibu dan bayi dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu :
* DJJ, frekuensi dan lamanya kontraksi uterus, nadi ibu dinilai setiap 30 menit (1/2 jam), suhu ibu dinilai setiap 2 jam.
* Pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah janin, tekanan darah dinilai setiap 4 jam.
* Produksi urin, aseton dan protein dinilai setiap 2-4 jam.
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih sering dilakukan.
4. Hal-hal yang dicatat dalam partograf
a. Informasi tentang ibu :
* Nama, umur
* Gravida, para, abortus
* Nomor catatan medik / nomor puskesmas
* Tanggal dan waktu mulai dirawat
* Waktu pecahnya selaput ketuban
b. Kondisi janin
* DJJ
* Warna dan adanya air ketuban
* Penyusupan (molase) kepala janin
c. Kemajuan persalinan
* Pembukaan serviks
* Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
* Garis waspada dan garis bertindak
d. Jam dan waktu
* Waktu mulainya fase aktif persalinan
* Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
e. Kontraksi uterus
* Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
* Lama kontraksi (dalam detik)
f. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
* Oksitosin
* Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
g. Kondisi ibu
* Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
* Urin (volume, aseton atau protein)
5. Pengisian Partograf
a. Kemajuan persalinan :
(1) Pembukaan serviks
Pengisian pada partograf dilakukan pada fase aktif
* Pada sisi bagian kiri terdapat angka 0-10 sama dengan jalan kotak.
* Setiap kotak / nomor mempresentasikan pembukaan 1 cm dan menunjukkan jam (0-10 pada garis horizontal).
* Pembukaan serviks ditulis dengan tanda “X” pada garis waspada, dilakukan 4 jam, bila tidak ada indikasi lain.
* Catatan :
- Fase laten 1-3 cm  normal tidak lebih dari 8 jam.
- Fase aktif 4-10 cm  normal 1 cm / jam.
- Jika persalinan normal, pencatatan pembukaan serviks tidak melebihi garis waspada.
- Jika ibu datang pada fase laten tidak dicatat, pencatatan dimulai pada fase aktif.
(2). Turunnya kepala janin
* Jika kemajuan persalinan normal, pembukaan serviks harus diikuti dengan penurunan kepala janin.
* Pencatatan menggunakan tanda “O”.
* Turunnya kepala janin diukur dengan pemeriksaan luar.
* Pedoman digunakan : UUK, UUB, PAP.
(3). Kontraksi Uterus / His
* Kemajuan persalinan di dukung dengan his yang adekuat.
* Pemeriksaan his harus dilakukan setiap jam pada fase laten dan setiap 30 menit pada fase aktif.
* Untuk : - frekuensi : berapa kali kontraksi dalam 10 menit.
- lama his : berapa lama his terjadi
* Pada sisi bagian kiri terdapat 5 kotak parallel, tiap kotak 1 kontraksi.
* Lambang lama kontraksi :
: < 20 x / dtk : 20-40 x / dtk : > 40 x / dtk
Kontraksi tiap 10 menit
b. Kondisi janin
(1). DJJ (Denyut Jantung Janin)
* Observasi DJJ tiap 30 menit.
* DJJ normal 120-160 x /mnt
* Penulisan observasi DJJ ditulis “●”
* DJJ < 120 atau > 160 x / mnt mulai waspada tanda awal gawat janin
* Perhitungan = 51 – 53 – 55  dijumlahkan lalu dikalikan 4
(2). Warna dan volume air ketuban
* Pengamatan dicatat langsung pada partograf
* Simbol pengamatan :
U = utuh M = Mekonium D = Darah
J = jernih K = Kering
* Dengarkan DJJ tiap 5 menit atau lebih sering jika :
- Cairan berwarna hijau bercampur mekonium / hitam kental
- Cairan tidak ada saat selaput pecah
(3). Molase (penyusupan) tulang kepala janin
* Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap panggul ibu.
* Simbol pada partograf :
0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi.
1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
3 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
(4). Kondisi Ibu
a. Nadi, TD, suhu
Nadi : diukur tiap 30 menit
TD : diukur tiap 4 jam
Suhu : diukur tiao 2 jam
b. Urine
Volume : beritahu ibu untuk berkemih tiap 2-4 jam
Protein : Jika terdapat tanda pre eklamsie / eklamsie
c. Obat dan cairan
Cairan oral : tiap jam
Cairan : bila perlu
Obat-obatan : bila perlu
* Hasil pemantauan dapat berupa :
a. Perasaan ingin meneran.
b. Memanggil penolong.
c. Ketuban pecah spontan.
d. Ibu kelelahan, mual  pasang infus.
e. Merujuk.

XII. Kebutuhan dalam Persalinan
* Lima kebutuhan seorang wanita dalam persalinan adalah :
1. Asuhan fisik dan psikologis.
2. Kehadiran seorang pendamping secara terus menerus.
3. Pengurangan rasa sakit.
4. Penerimaan atas sikap dan perilakunya.
5. Informasi atas kepastian tentang hasil persalinan yang aman.

* Beberapa tehnik dukungan untuk mengurangi rasa sakit adalah :
1. Kehadiran pendamping yang terus menerus, sentuhan yang nyaman dan dorongan dari orang yang mendukung.
2. Perubahan posisi dan pergerakan.
3. Sentuhan dan massage.
4. Counter pressure untuk mengurangi tegangan pada ligament sacroiliaca.
5. Pijatan ganda pada panggul.
6. Penekanan pada lutut.
7. Kompres hangat dan kompres dingin.
8. Berendam.
9. Pengeluaran suara (pernafasan hi..hi…hi).
10. Visualisasi dan pemusatan perhatian.
11. Musik.
12. Aroma therapy.

Asuhan Persalinan Normal (APN)
1. Pengertian
APN adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan post partum, hipotermia dan asfiksia BBL.
2. Tujuan
Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
3. Lima benang merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi
Lima benang merah yang penting dan saling terkait dengan asuhan persalinan yang bersih dan aman, baik normal maupun patologis antara lain :
a. Membuat keputusan klinik.
b. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi.
c. Pencegahan infeksi.
d. Pencatatan (rekam medis).
e. Rujukan.

4. Kegiatan Persalinan Normal
a. Melihat tanda dan gejala kala II
1) Mengamati tanda dan gejala kala II
(1) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
(2) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan atau vaginanya.
(3) Perineum menonjol.
(4) Vulva vagina dan sfingter anal membuka
b. Menyiapkan pertolongan persalinan
2). Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik streil sekali pakai di dalam partus set.
3). Mengenakan baju penutup / celemek plastik yang bersih.
4). Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai / pribadi yang bersih.
5). Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi : memakai sarung tangan DTT / steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6). Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan DTT / steril) melaksanakannya kembali di partus set / wadah. DTT / steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik.
c. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air DTT. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi).
8) Dengan menggunakan tehnik aseptic, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap.
Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9) Mendokumentasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 % dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.
10) Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit)
* Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
* Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses
Pimpinan meneran :
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginan.
* Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
* Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat ada his, Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ibu merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran :
* Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
* Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
* Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).
* Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
* Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
* Menganjurkan asupan cairan per oral.
- Menilai DJJ setiap lima menit.
- Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.
Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran :
- Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi.
- Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
e. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
- Sediakan tempat untuk antisipasi terjadinya komplikasi persalinan (asfiksia), sebelah bawah kaki ibu tempat yang datar, alas keras beralasakan 2 kain dan 1 handuk. Dengan lampu sorot 6 watt (jarak 60 cm dari tubuh bayi).
15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
16) Membuka partus set.
17) Memakai sarung tangan DTT / steril pada kedua tangan.
f. Menolong kelahiran bayi
* Lahirnya Kepala
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.
- Jika ada mekanium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung bayi setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir. Delee DTT / steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih.
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih.
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi.
* Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
* Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putran paksi luar secara spontan.
* Lahirnya Bahu
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dank e arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
* Lahirnya Badan dan Tungkai
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir, ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas canterior dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati-hati membantu kelahiran bayi.
g. Penanganan BBL
25) Menilai bayi dengan cepat (jika dalam penilaian terdapat jawaban tidak dari 5 pertanyaan, maka lakukan langkah awal, kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
26) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat.
27) Menjepit tali pusat mulai dari klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut.
29) Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.
Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, mengambil tindakan yang sesuai.
30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

h. Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga
* Oksitosin
31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik.
33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dulu.
* Menegangkan tali pusat
34) Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
35) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
- Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.
* Mengeluarkan plasenta
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
- Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.
- Jika tali plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit :
 Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
 Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptic jika perlu.
 Meminita keluarga untuk menyiapkan rujukan.
 Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
 Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut dan perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
- Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan DTT / steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem / forceps DTT atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
* Rangsangan taktil (pemijatan) uterus
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan massage uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan massage dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
i. Menilai Perdarahan
40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastic atau tempat khusus.
- Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan massage selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
j. Melakukan Prosedur Pasca Persalinan
42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik mengevaluasi perdarahan pervaginam.
43) Mencelupkan kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air DTT dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44) Menempatkan klem tali pusat DTT / steril atau mengikatkan tali DTT dengan simpul mati di sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian tali pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya di dalam larutan klorin 0,5 %.
47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih dan kering.
48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
* Evaluasi
49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam
- 2-3 x dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
- Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
- Setiap 20-30 menit pada 1 jam kedua pasca persalinan.
- Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri.
Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anesthesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.
50) Mengajarkan pada ibu / keluarga bagaimana melakukan massage uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah.
52) Memeriksa TD, Nadi, keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
- Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan.
- Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
* Kebersihan dan keamanan
53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit) mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.
54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5 % dan membilasnya dengan air bersih.
58) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam klorin 0,5 % membalikkan bagian dalam keluar dan merendamnya dan larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
* Dokumentasi
60) Melengkapi partograf.



















































BAB IV
PEMBAHASAN


Dalam bab ini akan dijelaskan tentang kajian teori dengan tinjauan kasus. Pembahasan ditulis sesuai langkah-langkah Manajemen Varney antara lain :
a. Data dasar
Pada pengkajian data yang dikumpulkan sudah sesuai dengan kajian teori yaitu dengan menggunakan metode anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan kebidanan dan diambil dari dokumentasi. Ditemukan sedikit perbedaan antara teori dengan dokumentasi. Ditemukan sedikit perbedaan antara teori dengan kenyataan yang terjadi pada pasien, antara lain pada fase aktif berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase :
1. Periode akselerasi : berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.
2. Periode dilatasi maksimal : berlangsung 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
3. Periode deselerasi : pembukaan berlangsung lambat dalam waktu 2jam, pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).
Sedangkan pada pasien pembukaan 5 cm ke pembukaan 10 cm  1 jam 20 menit dan kala II secara teori untuk multi + 1 jam sedangkan pada pasien + 10 menit.

b. Diagnosa dan Masalah Aktual
Penegakan diagnosa dan masalah actual sudah sesuai dengan kajian teori dimana perumusannya mengacu pada kondisi ibu, masalah utama dan penyebab utama. Diagnosa dari kasus ini adalah :
1). Diagnosa G2P1001 UK 40-41 minggu Puki Let-Kep U janin tunggal hidup intra uteri dengan inpartu kala I fase aktif dengan masalah : nyeri pada persalinan.
2). Diagnosa G2P1001 UK 40-41 minggu Puki Let-Kep U janin tunggal hidup intra uteri dengan inpartu kala II dengan masalah : nyeri persalinan.
3). Diagosa G2P1001 dengan partus kala III. Masalah : nyeri perut.
4). Diagnosa ibu : P2002 dengan partus kala IV. Masalah : nyeri. Diagnosa bayi : bayi “KS” lahir dengan spontan belakang kepala segera setelah lahir dengan vigorous baby.

c. Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada kasus ini tidak ditemukan data yang mendukung munculnya diagnosa dan masalah potensial.

d. Tindakan Segera
Pada kasus ini belum diperlukan tindakan segera karena tidak terjadi kegawatdaruratan.

e. Rencana, Pelaksanaan dan Evaluasi Asuhan Kebidanan
Rencana asuhan yang dilaksanakan telah mengacu pada teori.





















BAB V
PENUTUP


a. Kesimpulan
Dari Asuhan Kebidanan yang sudah dilakukan pada ibu bersalin “KS” G2P1001 UK 40-41 minggu puki Let Kep U janin tunggal hidup intra uteri dengan inpartu kala I fase aktif tanggal 11 Juli 2008 di ruang VK BRSU Tabanan dapat diambil kesimpulan bahwa sudah terdapat kesesuaian antara teori dengan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin. Dimana teori yang dimaksud antara lain pemberian HE tentang penyebab nyeri dan cara mengatasinya, peran pendamping persalinan, cara memeriksa kontraksi uterus, dan manfaat dini bagi ibu dan bayi.

b. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyampaikan saran kepada :
1. Mahasiswa
Agar mahasiswa lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan baik melalui membaca buku sumber maupun berdiskusi dengan dosen dan pembimbing sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal.
2. Tempat Pelayanan
Khususnya di rumah sakit diharapkan untuk tetap mempertahankan pelayanan yang sudah dilaksanakan dan apabila memungkinkan agar lebih ditingkatkan sesuai dengan perkembangan IPTEK.
3. Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan mengusahakan apabila ada perubahan agar cepat menyampaikan kepada mahasiswa sehingga bimbingan lebih efektif.
4. Klien dan Keluarga
Diharapkan agar klien dan keluarga tetap memperhatikan dan melaksanakan nasehat yang diberikan oleh petugas kesehatan sehingga tercapai hasil yang optimal.



DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba Ida Bagus Gde : Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, Jakarta, EGC, 1998.
2. Yayasan Bina Pustaka, Sarasono Prawirohardjo. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, 2000.
3. Yayasan Bina Pustaka Sarajono Prawirohardjo : Ilmu Kebidanan, Jakarta, 2005.
4. YNPK-KR dan JHPIE 60 : APN, Jakarta, 2007.

Bounding Attachmen

Kelahiran adalah sebuah moment yang dapat membentuk suatu ikatan antara ibu dan bayinya. Pada saat bayi dilahirkan adalah saat yang sangat menakjubkan bagi seorang ibu ketika ia dapat melihat, memegang dan memberikan ASI pada bayinya untuk pertama kali. Dan masa tenang setelah melahirkan disaat ibu merasa rileks, memberikan peluang ideal untuk memulai pembentukan ikatan batin.
Seorang bayi yang baru lahir mempunyai kemampuan yang banyak misalnya, bayi dapat mencium, merasa, mendengar dan melihat. Kulit mereka sangat sensitive terhadap suhu dan sentuhan dan selama satu jam pertama setelah dilahirkan, mereka sangat waspada dan siap untuk mempalajari dunia bari mereka.
Jika tidak ada komplikasi yang serius setelah bayi lahir dapat langsung di letakkan di atas perut ibu, kontak segera ini akan sangat bermanfaat baik bagi ibu maupun bayinya karena kontak kulit dengan kulit membantu bayi tetap hangat.
Ikatan antara ibu dan bayinya telah terjadi sejak masa kehamilan dan pada saat persalinnan ikatan itu akan semakin kuat. Bidan sebagai tenaga kesehatan dapat memfasilitasi perilaku ikatan awal ini dengan cara menyediakan sebuah lingkungan yang mendukung sehingga kontak dan interaksi yang baik dari orang tua kepada anak dapat terjadi.

Bounding Attachment terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-anak dan berada dalam ikatan kasih.
Menurut Brazelton (1978), bounding merupakan suatu ketertarikan mutual pertama antar individu, misalnya antara orang tua dan anak, saat pertama kali mereka bertemu. Sedangkan Attachment adalah suatu perasaan menyayangi atau loyalitas yang mengikat individu dengan individu lain.
Menurt Nelson dan May (1996), Attachment adalah ikatan anatara individu meliputi pencurahan perhatian serta adanya hubungan emosi dan fisik yang akrab.
Menurut Klaus, Kenell (1992), Bounding Attachment bersifat rumit, spesifik, dan bertahan lama. Mereka juga menambahkan bahwa ikatan orang tua terhadap anaknya dapat terus berlanjut bahkan selamanya walau dipisah oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda keberadaan secara fisik tidak terlihat.
Menurut saxton dan Pelikan 1996, Bounding adalah suatu langkan untuk mengungkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir. Attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
Maternal Neonatal Health : Bounding Attachment adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III samppai dengan post partum.
Prakondisi yang mempengaruhi ikatan (mercer, 1996) yaitu:
1. kesehatan emosional orang tua
2. system dukungan social yang meliputi pasangan hidup, teman, dan keluarga
3. suatu tingkat keterampilan dalam berkomunikasi dan dalam memberi asuhan yang
Kompeten
4. kedekatan orang tua dengan bayi
5. kecocokan orang tua-bayi (termasuk keadaan, temperamen, dan jenis kelamin)

Tahapan Bounding Attachment
a. perkenalan (acquaintance) dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan
mengeksplorasi segerra setelah mengenal bayinya.
b. Bounding (keterikatan)
c. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain

Menurut Klaus kenell (1982), bagian penting dari ikatan ialah perkenalan
Elemen-elemen Bounding Attachment
1. sentuhan
Sentuhan, atau indra peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain
Sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya. Penelitian telah menemukan suatu pola sentuhan yang hamper sama yakni pengasuh memulai eksplorasi jari tangan ke bagian kepala dan tungkai kaki. Tidak lama kemudian pengasuh memakai telapak tangannya untuk mengelus badan bayi dan akhirnya memeluk dengan tangannya (Rubin, 1963;Klaus, kenell, 1992; Tulman,1985). Gerakan ini dipakai untuk menenangkanbayi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku infant dalam proses attachement, antara lain:
Keadaan Fisik dan Psikologis Ibu Saat Hamil
Keadaan fisik meliputi kondisi fisik ibu pada saat ibu hamil, dimana ini sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam kandungan serta di dalam kandungan serta kesejahteraannya. Sedangkan kondisi psikologis ibu pada saat hamil sangat mempengaruhi psikologis bayi yang akan dilahirkan. Apabila kondisi fisik dan psikologis ibu pada saat hamil baik, maka anak yang dilahirkan dalam kondisi sehat.
1. Kondisi Bayi Setelah Lahir
Apabila kondisi bayi sehat, maka dia akan menunjukkan tingkah laku yang mendukung, namun apabila kondisi tidak sehat akan menimbulkan tingkah laku infant yang menghambat.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan ruangan yang dingin akan mempengaruhi kondisi fisik bayi sehingga bayi tidak mampu melakukan tingkah laku yang mendukung. Selain suhu lingkungan yang dingin, keadaan kamar yang terang, dan ribut mempengaruhi tingkah laku infant.


Ada 3 Fase penyesuaian seorang ibu dalam menjalankan peran sebagai orangtua, yaitu:
1. Fase Dependent
Selama 1-2 hari setelah persalinan, didominasi oleh tingkah laku dependent. Fase dependent adalah suatu waktu yang sangat menyenangkan dan kebanyakan orangtua berbicara dengan bersemangat tentang pengalaman hamil dan melahirkan. Ketidaknyaman fisik akibat episiotomy, putting susu yang lecet, hemorrhoid, nyeri pada perut dan kadang-kadang nyeri pada coccygeus dapat mengganggu istirahat dan relaksasi ibu. Sebagian besar kebutuhan ibu dipenuhi oleh orang lain.
2. Fase Dependent-Independent
Pada fase ini baru secara berselang menerima pemeliharaan yang eksistensif dan dukungan dari oranglain dan sekali-sekali menginginkannya untuk melakukannya sendiri. Secara psikologis seorang ibu mempunyai tanggung jawab sebagai orangtua.


3. Fase Independent
Pada fase ini wanita lebih disibukkan dengan perawatan anak dirumah. Pemenuhan kebutuhan primer tidak bisa mengabaikan gaya hidup yang ada, akan tetapi beberapa hal dapat ditiadakan demi anak.

Phase Pada Masa Nifas:
1. Phase Taking In
Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan tergantung. Hal ini berlangsung selama 2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya tetapi bukan tidak memperhatikan. Dalam phase ini yang diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayi. Ibu mengenang pengalaman melahirkan yang baru dialaminya. Untuk pemulihan, perlu memperoleh tidur dan makanan yang adekuat.
2. Phase Taking Hold
Ibu berusaha mandiri dan berinisiatif. Perhatian terhadap kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya, misalnya kelancaran BAB, BAK, melakukan berbagai aktifitas; duduk, jalan. Ingin belajar tentang perawatan dirinya sendiri dan bayinya. Timbul rasa kurang percaya diri. Phase ini berlangsung kira-kira 10 hari.
3. Phase Letting Go
Ibu merasa bahwa bayinya adalah terpisah dari dirinya, mendapat peran dan tanggung jawab baru. Terjadi kemandirian dalam perawatan diri sendiri dan bayinya, serta penyesuaian hubungan keluarga termasuk bayi.

Hal-hal yang dapat dilakukan oleh bidan untuk menciptakan terjadinya ikatan antar bayi-ibu dan ayah dalam jam pertama sesudah kelahiran adalah :
1. Memberi dorongan kepada orangtua untuk memegang bayinya
2. Memberi komentar positif tentang bayinya
3. Letakkan bayi di samping ibu
4. Berikan privasi kepada pasangan untuk bersama bayinya
5. Redupkan cahaya lampu ruangan agar bayi dapat membuka matanya
6. Tangguhkan perawatan yang tidak begitu penting sampai sesudah pasangan orangtua bayi dapat berinteraksi dengan bayinya selama bayi masih dalam keadaan bangun





SKOR PENILAIAN INTERAKSI ORANG TUA
(BOUNDING ATTACHMENT)
SKOR TINDAKAN IBU TERHADAP BAYI
MEMANDANG BERKATA MELAKUKAN SESUATU
1 Sangat negatif Penampilan Umum : depresi, ketakutan, marah dan apatis Membuat sesuatu bagi bayi dan suaminya, memperlihatkan permusuhan/rasa kecewa. Memfokuskan perhatian pada dirinya, menolak melihat bayinya, menangis
2 Agak negatif Tidak respek melihat bayi Tidak komentar dengan keadaan bayi Kurang focus terhadap bayi dan lebih focus terhadap bayinya
3 Agak positif Melihat bayinya seperti biasa dan menerima keadaan bayinya Menerima keadaan bayinya dengan cukup tenang Memfokuskan keadaan dirinya dan bayinya seimbang
4 Sangat positif Sangat bahagia, gembira dan antusias Berbicara langsung dengan bayinya menggunakan nama bayidan memberikan reaksi positif Menjulurkan tangan ingin memegang, memeriksa, membuat kontak mata denagn bayinya

SKOR :
10-12 (BAIK)
7-9 (SEDANG)
4-6 (KURANG)
1-3 (BURUK)

Rabu, 09 September 2009

Kebutuhan Lemak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Zat-zat yang terkandung dalam bahan makanan yang berfungsi membangun dan mempertahankan kondisi tubuh dinamakan zat makanan atau nutrisi. Zat makanan tersebut terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Zat makanan adalah sesuatu yang dapat dimakan dan berguna bagi tubuh. Jika terdapat suatu bahan yang dapat dimakan, tetapi tidak berguna bagi tubuh, bahan tersebut bukan merupakan makanan. Bahan makanan akan berguna bagi tubuh jika mengandung gizi atau zat makanan

Fungsi utama makanan adalah sebagai sumber energy kimia yang disebut ATP. Makanan berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh, pemeliharaan & perbaikan sel-sel yang telah rusak, pengaturan metabolism tubuh, menjaga keseimbangan cairan tubuh, dan pertahanan tubuh terhadap penyakit. Adapun syarat agar makanan berguna bagi tubuh yaitu mengandung cukup karbohidrat, lemak, protein, serat, vitamin, dan mineral, mudah dicerna (diserap) tubuh, serta tidak mengandung racun.

Seperti halnya karbohidrat dan protein, Lemak juga merupakan sumber energy dalam tubuh. Besarnya energy yang dihasilkan per gram lemak adalah lebih besar dari energy yang dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat atau 1 gram protein. 1 gram lemak menghasilkan 9-9.3 kalori.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam makalah ini dirumuskan dalam hal-hal sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana definisi dari lemak?

1.2.2 Apa saja sumber-sumber lemak?

1.2.3 Apa kegunaan lemak dalam tubuh?

1.2.4 Bagaimana dampak dari kekurangan dan kelebihan lemak?

1.2.5 Bagaimana metabolisme lemak dalam tubuh?

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini dibuat untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai zat gizi lemak. Secara lebih terperinci tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari lemak.

1.3.2 Untuk mengetahui sumber-sumber lemak

1.3.3 Untuk mengetahui kegunaan lemak dalam tubuh.

1.3.4 Untuk mengetahui dampak dari kekurangan dan kelebihan lemak.

1.3.5 Untuk mengetahui metabolisme lemak dalam tubuh.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan permasalahan, tujuan, dan pembahasan yang telah terkaji pada bab sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

1. Lemak adalah suatu senyawa yang tersusun atas unsur-unsur carbon, hidrogen, dan oksigen serta terkadang mengandung fosfor dan nitrogen.

2. Lemak bersumber dari ..........................

3. Kegunaan utama dari lemak adalah sebagai penghasil energi, pembangun susunan tubuh, penghemat protein, penghasil lemak esensial, pelarut vitamin A, D, E, K.

Kegunaan lain dari lemak adalah sebagai pelumas di antara persediaan, penangguh rasa lapar, pengantar emulsa, pengatur tekanan darah dan denyut jantung

4. Dampak dari kekurangan lemak adalah pengurangan ketersediaan energi dan gangguan pertemuan. Dampak dari kelebihan lemak adalah obesitas.

5. Metabolisme lemak terdiri dari pencernaan lemak, penyerapan dan transpor lemak, serta ekskresi.

3.2 Saran

Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Kepada pembaca disarankan untuk menjaga pola makan dengan gizi yang seimbang.

2. Berolah raga yang rutin untuk menjaga keseimbangan antara lemak yang dikonsumsi dengan lemak yang dibakar.

3. Pengaturan berat badan dpat dilakukan dengan pembatasan kalori dan peningkatan aktifitas fisik.

DAFTAR PUSTAKA

Akhyar, Salman. 2004. Biologi untuk SMA Kelas 2 (Kelas XI). Bandung: Grafindo Media Pratama.

Budianto, Agus Krisno. 2002. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang: UNM Pres

Anonim. 13 Februari 2008. Stroke mangancam Usia Muda. http://id.wikipedia.org. 7 Maret 2009

Anonim. 25 Februari 2009. Obesitas. http://id.wikipedia.org/wiki/Obesitas. 7 Maret 2009

IS/lia. 25 Agustus 2008. Cegash Si Kecil Kelebihan Gizi. http://id.wikipedia.org. 7 Maret 2009

Kartasapoetra, dkk. 2005. Ilmu Gizi. Jakarta: PT Rineka Cipta

Nadesul, Hendrawan. 19 Mei 2007. Berapa Banyak Boleh Makan Lemak. http://id.wikipedia.org. 7 maret 2009

Kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan sering dikenal dengan istilah obesitas. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30 % pada wanita dan 18-23 % pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lenih dari 30 % dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25 % dianggap mengalami obesitas.

Seseorang yang memiliki berat badan 20 % lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.

Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:

- Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40 %

- Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100 %

- Obesitas berat : kelebiahn berat badab > 100 %

Penimbunan lemak yang berlebihan di bawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktifitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (yidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoarthritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.

Jenis-jenis penyakit lain akibat kelebihan lemak yang dapat mengancam orang yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, lebih besar kemungkinannya untuk terkena penyakit darah tinggi, hiperlipidemia atau di dalam darahnya terkandung kadar lemak yang tinggi, terganggunya toleransi glukosa darah, diabetes mellitus, penyakit jantung, penyempitan pembuluh darah, dan stroke.

PERSALINAN

PERSALINAN

Sebagaimana yang kita ketahui, kehamilan akan di akhiri dengan persalinan. Persalinan adalah hal yang normal dialami oleh semua ibu hamil, tapi apa seh pengertian dari persalinan?????? Dan apa aja yang berhubungan dengan persalinan????????????

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi/ pembuahan antara ovum dan sperma yang berupa janin dan plasenta yang sudah bisa hidup di luar rahim, dari rahim melalui jalan rahim atau jalan lain (sectio caesaria).

Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan partus (persalinan)

  1. menurut cara persalinan

partus normal : biasa di sebut partus spontan, yaitu persalinan yang menggunakan kekuatan ibu sendiri tanpa bantuan alat.

Partus abnormal : adalah persalinan dengan bantuan alat-alat atau melalui tindakan operasi

  1. menurut UK (umur kehamilan)

abortus : terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar rahim (UK <>

partus prematurus : persalinan pada UK 28-36 mg, janin dapat hidup di luar kandungan, tapi prematur. Beratnya berkisar 1000-2500 gr.

partus maturus :persalinan yang cukup bulan, pada UK 37-42 mg, berat janin diatas 2500 gr

partus postmatur ; persalinan yang lewat dari tafsiran persalinan, lebih dari 42 mg.

partus presipatatus : persalinan yang berlangsung cepat dari persalinan normal

  1. Gravida dan Para

Gravida : wanita yang sedang hamil

Para : wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup

Nullipara : wanita yang tidak pernah melahirkan bayi yang dapat hidup di luar kandungan

Primipara : wanita yang melahirkan untuk pertama kalinya

Multipara : wanita yang melahirkan bayi yang dapat hidup beberapa kali

Grande multipara: wanita yang melahirkan anak yang hidup lebih dari 5 kali.

SEBAB SEBAB YANG MENIMBULKAN PERSALINAN

1. teori penurunan hormon

1- 2 minggu sebelum partus, progesteron dan estrogen akan mengalami penurunan. Progesteron sebagai penenang otot polos rahim akan menyebabkan kekejangan pada pembuluh darah, hal ini yang menimbulkan his

2. teori plasenta tua

penuaan plasenta akan mempengaruhi pembentukan hormon progesteron, sehingga terjadi his

3. teori distensi rahim

rahim yang semakin besar damn meregang akan menyebabkan iskemia rahim, dan akan mengganggu sirkulasi utero-plasenta

4. teori iritasi mekanik

dibelakang servixs terdapat ganglion servikale (fleksus frankenhauser) bila ganglion ini digeser atau ditekan, misal oleh kepala janin, akan menyebabkan kontraksi

5. teori oxytosin

menjelang akhir kehamilan akan terjadi peningkatan hormon oxytosin, sehingga terjadi kontraksi

6. teori prostaglandin

hormon prostaglandin dapat merangsang kontraksi pada uterus,

TANDA TANDA PERMULAAN PERSALINAN

1. Lightening yaitu kepala turumn memasukipintu atas panggul

2. perut terlihat lebih melebar, fundus uteri turun

3. perasaan sering kencing karena kandung kencing tertekan kepala bayi

4. perasaan sakit/ kram pada perut dan pinggang karena kontraksi lemah dari uterus, disebut juga dengan his palsu

5. servixs menjadi lembek dan mendatar, sekresinya bertambah biasanya dibarengi darah sedikit.

TANDA TANDA PERSALINAN

1. rasa sakit karena his yang semakin kuat, teratur dan sering

2. keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak

3. kadang ketuban pecah dengan sendirinya

4. terdapat pembukaan pada servixs

FAKTOR FAKTOR DALAM PERSALINAN

1. power

kekuatan mendorong janin keluar (kontraksi uterus, kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma, dan mengedan)

2. passanger atau janin

3. passange atau jalan lahir

4. psykis

5. penolong